artikel peternakan.
1. SEJARAH SINGKAT
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras
unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya
produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya
ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana
pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia
yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler
telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya
5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif
singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak
musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.
2. SENTRA PETERNAKAN
Ayam telah dikembangkan sangat pesat disetiap negara. Di Indonesia
usaha ternak ayam pedaging juga sudah dijumpai hampir disetiap propinsi
3. J E N I S
Dengan berbagai macam strain ayam ras pedaging yang telah beredar
dipasaran, peternak tidak perlu risau dalam menentukan pilihannya. Sebab
semua jenis strain yang telah beredar memiliki daya produktifitas
relatif sama. Artinya seandainya terdapat perbedaan, perbedaannya tidak
menyolok atau sangat kecil sekali. Dalam menentukan pilihan strain apa
yang akan dipelihara, peternak dapat meminta daftar produktifitas atau
prestasi bibit yang dijual di Poultry Shoup. Adapun jenis strain ayam
ras pedaging yang banyak beredar di pasaran adalah: Super 77, Tegel 70,
ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver
Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro,
Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid,
A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, CP 707.
4. MANFAAT
Manfaat beternak ayam ras pedaging antara lain, meliputi: 1)
penyediaan kebutuhan protein hewani 2) pengisi waktu luang dimasa
pensiun 3) pendidikan dan latihan (diklat) keterampilan dikalangan
remaja 4) tabungan di hari tua 5) mencukupi kebutuhan keluarga (profit
motif)
5. PERSYARATAN LOKASI
1) Lokasi yang cukup jauh dari keramaian/perumahan penduduk.
2) Lokasi mudah terjangkau dari pusat-pusat pemasaran.
3) Lokasi terpilih bersifat menetap, artinya tidak mudah terganggu oleh keperluan-keperluan lain selain untuk usaha peternakan.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3
(tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan),
breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan)
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1. Perkandangan
Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi:
persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C, kelembaban
berkisar antara 60-70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan
aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi
dan tidak melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan
dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai
kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai
kandang box yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang
postal atapun kandang bateray. Untuk kontruksi kandang tidak harus
dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama.
2. Peralatan
a. Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap
yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal
litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit
padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan
kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.
b. Indukan atau brooder
Alat ini berbentuk bundar atau persegi empat dengan areal jangkauan
1-3 m dengan alat pemanas di tengah. Fungsinya seperti induk ayam yang
menghangatkan anak ayamnya ketika baru menetas.
c. Tempat bertengger (bila perlu)
Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding
dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar.
Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah
dari tempat bertelur.
d. Tempat makan, minum dan tempat grit
Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu,
almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat.
Untuk tempat grit dengan kotak khusus
e. Alat-alat rutin
Alat-alat rutin termasuk alat kesehatan ayam seperti: suntikan, gunting operasi, pisau potong operasi kecil, dan lain-lain.
6.2. Pembibitan
Ternak yang dipelihara haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) ternak sehat dan tidak cacat pada fisiknya
b) pertumbuhan dan perkembangannya normal
c) ternak berasal dari pembibitan yang dikenal keunggulannya.
d) tidak ada lekatan tinja di duburnya.
1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken)/ayam umur sehari:
a. Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.
b. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .
c. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
d. Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.
e. Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
f. Tidak ada letakan tinja diduburnya.
2. Perawatan Bibit dan Calon Induk
Dilakukan setiap saat, bila ada gejala kelainan pada ternak supaya
segera diberi perhatian secara khusus dan diberikan pengobatan sesuai
petunjuk Dinas Peternakan setempat atau dokter hewan yang bertugas di
daerah yang bersangkutan.
6.3. Pemeliharaan
1. Pemberian Pakan dan Minuman
Untuk pemberian pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase
starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).
a. Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:
i. kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein
22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P)
0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
ii.kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan
yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua
(umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66
gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor. Jadi
jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu
sebesar 1.520 gram.
b. Kualitas dan kuantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:
i. kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein
18,1-21,2%; lemak 2,5%,serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P)
0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.
ii. kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur
yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6
(umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146
gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor.
Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.
2. Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yang dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
a. Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi
pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8
lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor,
minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29
hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai
umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum
pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress
kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter
air.
b. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing
minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu
ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44-50 hari)
12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1
liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4
liter/hari/ekor.
3. Pemeliharaan Kandang
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan
merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan
tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan
vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang
dari poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif,
maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu
dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya
segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang
bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang
dipelihara.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Penyakit
1. Berak darah (Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap
terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan. Pengendalian: (1) menjaga
kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra
Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet
dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium,
cxaldayocox.
2. Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
Gejala: ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi
ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja
encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala
memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh. Pengendalian: (1) menjaga
kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor
penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan
ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang
mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang
belum ada obatnya.
7.2. Hama
1. Tungau (kutuan)
Gejala: ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan mengibas-ngibaskan
bulu karena gatal, nafsu makan turun, pucat dan kurus. Pengendalian: (1)
sanitasi lingkungan kandang ayam yang baik; pisahkan ayam yang sakit
dengan yang sehat; (2) dengan menggunakan karbonat sevin dengan
konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan dengan
menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan
air kemudian semprotkan ketubuh pasien. Dengan fumigasi atau pengasepan
menggunakan insektisida yang mudah menguap seperti Nocotine sulfat atau
Black leaf 40.
8. P A N E N
8.1. Hasil Utama
Untuk usaha ternak ayam pedaging, hasil utamanya adalah berupa daging ayam
8.2. Hasil Tambahan
Usaha ternak ayam broiler (pedaging) adalah berupa tinja atau kotoran kandang dan bulu ayam.
9. PASCA PANEN
9.1. Stoving
Penampungan ayam sebelum dilakukan pemotongan, biasanya ditempatkan di kandang penampungan (Houlding Ground)
9.2. Pemotongan
Pemotongan ayam dilakukan dilehernya, prinsipnya agar darah keluar
keseluruhan atau sekitar 2/3 leher terpotong dan ditunggu 1-2 menit. Hal
ini agar kualitas daging bagus, tidak mudah tercemar dan mudah busuk.
9.3. Pengulitan atau Pencabutan Bulu
Caranya ayam yang telah dipotong itu dicelupkan ke dalam air panas
(51,7- 54,4 derajat C). Lama pencelupan ayam broiler adalah 30 detik.
Bulu-bulu yang halus dicabut dengan membubuhkan lilin cair atau dibakar
dengan nyala api biru.
9.4. Pengeluaran Jeroan
Bagian bawah dubut dipotong sedikit, seluruh isi perut (hati, usus
dan ampela) dikeluarkan. Isi perut ini dapat dijual atau diikut sertakan
pada daging siap dimasak dalam kemasan terpisah.
9.5. Pemotongan Karkas
Kaki dan leher ayam dipotong. Tunggir juga dipotong bila tidak
disukai. Setelah semua jeroan sudah dikeluarkan dan karkas telah dicuci
bersih, kaki ayam/paha ditekukan dibawah dubur. Kemudian ayam
didinginkan dan dikemas.
BETERNAK SAPI POTONG
Usaha peternakan sapi potong di Indonesia telah lama dikenal
masyarakat. Agar usaha ini dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi
pemiliknya maka perlu diperhatikan bebrapa hal yang menyangkut
Manajemen
pemeliharaan ternak sapi potong, antara lain :
1. Seleksi Bibit
a. Pejantan : Seleksi menyangkut kesehatan fisik, kualitas semen dan kapasitas servis.
b. Betina : Seleksi menyangkut kondisi fisik dan kesehatan,
kemiringan vulva tidak terlalu keatas, mempunyai puting 4 buah, bentuk
ambing relatif besar dengan bentuk yang simetris.
2. Pakan
Pakan untuk ternak sapi potong dapat berupa Hijauan (rumput,
kacang-kacangan dan limbah pertanian), konsentrat (dedak padi, onggok,
ampas tahu) dan makanan tambahan (vitamin, mineral dan urea.).
Secara umum jumlah makanan yang diberikan untuk seekor sapi setiap hari adalah sebagai berikut :
- Hijauan : 35 – 47 Kg, atau bervariasi menurut berat dan besar badan.
- Konsentrat : 2 – 5 kg
- Pakan tambahan : 30 – 50 gr.
3. Kandang
a. Syarat Kandang
- Bahan kandang dari kayu/ bambu serta kuat
- Letak kandang terpisah dari rumah dan jaraknya cukup jauh
- Lantai dari semen/tanah yang dipadatkan, dan harus dibuat lebih tinggi dari tanah sekitarnya.
- Ventilasi udara dalam kandang harus baik.
- Drainase di dalam dan luar kandang harus baik.
b. Ukuran kandang
- Sapi betina dewasa 1,5 X 2 m/ekor
- Sapi jantan dewasa 1,8 X 2 m/ekor
- Anak sapi 1,5 X 2 m/ekorS
4. Sistem Perkawinan
a. Hand Mating
Kawin alam yang teratur dimana sapi betina birahi dibawa ke tempat pejantan untuk dikawinkan atau di IB.
b. Pasture Mating
Jantan dan betina kawin alam di padang pengembalaan
c. Mengetahui Tanda Birahi
tanda-tanda birahi yaitu ; selalu gelisah, mencoba menaiki sapi lain,
vulva membesar dan kemerahan serta keluar cairan lendir, nafsu makan
menurun.
d. Mengetahui Tanda-tanda
Melahirkan Tanda melahirkan seperti urat daging sekitar vulva
mengendor, dikiri kanan pangkal ekorkelihatan legok, ambing membesar dan
tampak tegang, sapi gelisah dll.
5. Kesehatan Hewan
Tindak pencegahan :
a. Hindari kontak dengan ternak sakit
b. Kandang selalu bersih
c. Isolasi sapi yang di duga kena penyakit agar tidak menular ke sapi yang lain
d. Mengadakan tes kesehatan, khususnya penyakit Brucellosis dan Tuberculosis.
e. Desinfektan kandang dan peralatan
f. Vaksinasi teratur. Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang
sapi seperti : Antrax, Ngorok, Keluron dan lainlain. Untuk mencegah
penyakit dapat dilakukan vaksinasi secara teratur dan pemberian obat
sesuai jenis penyakit yang menyerang.
6. Tatalaksana Pemeliharaan
Tatalaksana pemeliharaan dapat dibagi 3 sesuai tujuan pemeliharaan :
a. Tujuan untuk menghasilkan anak. Induk dan anak dipelihara bersama
sampai anak disapih umur 6 – 8 bulan dan kemudian anak dijual.
b. Tujuan untuk menambah dan memperbaiki kualitas daging. penggemukan dapat dilakukan di kandang
atau padang rumput. Lama penggemukan tergantung umur sapi. Bila umur 1
– 2 tahun dibutuhkan waktu 6 bulan. Bila umur sapi dewasa 2 – 3 tahun
dibutuhkan waktu 4 bulan.
c. Tujuan untuk bibit. Dipelihara sapi-sapi jantan dan betina dari jenis unggul.
7. Pemasaran
Pemasaran hasil ternak dapat dikoordinasikan dengan kelompok tani
atau koperasi, dengan demikian biaya dapat ditanggung besama-sama.
Produk dapat dipasarkan berupa daging atau ternak hidup, dan sebaiknya
memilih standar harga per kg berat hidup
BETERNAK SAPI PERAH
Sapi merupakan salah satu hewan ternak yang penting sebagai sumber
protein hewani, selain kambing, domba dan ayam. Sapi menghasilkan
sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan
85% kebutuhan kulit (Menteri Negara Riset dan Teknologi, 2005). Sapi
berasal dari famili Bovidae, seperti halnya bison, banteng, kerbau
(Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa. Pemeliharaan sapi secara
intensif mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan
berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh
wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India
dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut dijadikan
tempat pembiakan sapi Ongole murni. Pada tahun 1957 telah dilakukan
perbaikan mutu genetik sapi Madura dengan jalan menyilangkannya dengan
sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan
Ongole) dengan sapi perah Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi
perah jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia
(Menteri Negara Riset dan Teknologi, 2005).
Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada
dua, yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau
jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis
serta (2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub
tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus. Di Indonesia, manajemen
pemeliharaan biasanya terbagi atas pemeliharaan sapi perah dan sapi
potong. Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah
sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey
(dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari
Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari
Australia). Hasil survei menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling
cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien
Holstein.
Pengembangan usaha peternakan sapi perah di Indonesia (on farm) beserta
industri pengolahannya (off farm) mengalami kemajuan pesat pada tahun
1980 sampai dengan 1990 namun pada tahun 1990 sampai dengan 1999
produksi susu segar relatif tetap. Jumlah susu segar yang diproduksi
pertahunnya mencapai kurang lebih 330.000 ton. Produksi tersebut terbagi
atas 49% berasal dari Jawa Timur, 36% dari Jawa Barat dan sisanya 15%
dari Jawa Tengah. (1999). Dari segi perkembangan populasi sapi perah
pada tahun 1970 sekitar 3000 ekor menjadi 193.000 ekor pada tahun 1985,
dan menjadi 369.000 ekor pada tahun 1991. Kenaikan ini terjadi karena
adanya impor sapi perah asal Australia dan New Zealand ( Achjadi, 2001).
Pada tahun 1999 industri persusuan nasional hanya memproduksi ± 20%
terhadap total kebutuhan industri pengolahan, sehingga sisanya masih
sangat bergantung kepada bahan baku impor. Kondisi ini tidak bisa
dibiarkan berlangsung lama tanpa adanya upaya perbaikan pengelolaan sapi
perah. Untuk memperbaiki keadaan ini dibutuhkan usaha yang keras dari
segala komponen yang terkait, mulai dari peternak sampai dengan
pemerintah.
Sistem peternakan sapi perah yang ada di Indonesia masih merupakan jenis
peternakan rakyat yang hanya berskala kecil dan masih merujuk pada
sistem pemeliharaan yang konvensional. Banyak permasalahan yang timbul
seperti permasalahan pakan, reproduksi dan kasus klinik. Agar
permasalahan tersebut dapat ditangani dengan baik, diperlukan adanya
perubahan pendekatan dari pengobatan menjadi bentuk pencegahan dan dari
pelayanan individu menjadi bentuk pelayanan kelompok. Keberhasilan usaha
peternakan sapi perah sangat tergantung dari keterpaduan langkah
terutama di bidang pembibitan (Breeding), pakan, (feeding), dan tata
laksana (management). Ketiga bidang tersebut kelihatannya belum dapat
dilaksanakan dengan baik. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan
ketrampilan peternak serta masih melekatnya budaya pola berfikir jangka
pendek tanpa memperhatikan kelangsungan usaha sapi perah jangka panjang.
Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman
peternak tentang manajemen sapi perah yang baik sehingga akan berdampak
pada peningkatan produksi dan ekonomi.
MANAJEMEN PEMELIHARAAN
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, pola pemeliharaan sapi potong harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Penyiapan sarana dan peralatan tertutama perkandangan
2. Pembibitan dan pemeliharaan bakalan/bibit
3. Kesehatan dan sanitasi
4. Manajemen pemberian makan
5. administrasi serta perhitungan ekonomi
1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari
jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi
dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang
bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling
berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran
tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjaga agar
ternak nyaman sehingga dapat mencapai produksi yang optimal, yaitu :
– Persyaratan secara umum :
a. Ada sumber air atau sumur
b. Ada gudang makanan atau rumput atau hijauan
c. Jauh dari daerah hunian masyarakat
d. Terdapat lahan untuk bangunan dengan luas yang memadai dan berventilasi
– Persyaratan secara khusus :
a. Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah
1,5 x 2 m atau 2,5 x 2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8 x
2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5 x 1 m per ekor, dengan tinggi atas ±
2-2,5 m dari tanah.
b. Ukuran bak pakan : panjang x lebar = bersih 60 x 50 cm
c. Ukuran bak minum : panjang x lebar = bersih 40 x 50 cm
d. Tinggi bak pakan dan minum bagian dalam 40 cm (tidak melebihi tinggi persendian siku sapi) dan bagian luar 80 cm
e. Tinggi penghalang kepala sapi 100 cm dari lantai kandang
f. Lantai jangan terlalu licin dan terlalu kasar serta dibuat miring
(bedakan ± 3 cm). Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna
mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat
atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah
dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
g. Selokan bagian dalam kandang untuk pembuangan kotoran, air kencing
dan air bekas mandi sapi : Lebar (L) x Dalam selokan (D) = 35 x 15 cm
h. Selokan bagian luar kandang untuk pembuangan bekas air cucian bak pakan dan minum : L x D = 10 x 15 cm
i. Tinggi tiang kandang sekurang-kurangnya 200 cm dari lantai kandang
j. Atap kandang dibuat dari genteng
k. Letak kandang diusahakan lebih rendah dari sumber air dan lebih
tinggi dari lokasi tanaman rumput. (Hasanudin, 1988). Lokasi
pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga
dataran tinggi (> 500 m). Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat
C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci
hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan
bahan-bahan lainnya.
2. Pembibitan dan pemeliharaan bakalan/bibit
Sapi perah yang cocok dipelihara di Indonesia adalah sapi Shorthorn
(dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda) dan Yersey (dari selat
Channel antara Inggris dan Perancis). Agar dapat memperoleh bibit sapi
perah yang baik diperlukan adanya seleksi baik berdasarkan silsilah,
bentuk luar atau antomis maupun berdasarkan jumlah produksi. Ciri-ciri
sapi perah betina yang baik:
1. Kepala panjang , sempit, halus, sedikit kurus dan tidak banyak berotot
2. Leher panjang dan lebarnya sedang, besarnya gelambir sedadang dan lipatan-lipatan kulit leher halus
3. Pinggang pendek dan lebar
4. Gumba, punggung dan pinggang merupakan garis lurus yang panjang
5. Kaki kuat, tidak pincang dan jarak antara paha lebar
6. Badan berbentuk segitiga, tidak terlalu gemuk dan tulang-tulang agak menonjol (BCS umumnya 2)
7. Dada lebar dan tulang -tulang rusuk panjang serta luas
8. Ambing besar, luas, memanjang kedepan kearah perut dan melebar
sampai diantara paha. Kondisi ambing lunak, elastis dan diantara keempat
kuartir terdapat jeda yang cukup lebar. Dan saat sehabis diperah ambing
akan terlimpat dan kempis, sedangkam sebelum diperah gembung dan besar.
9. Produksi susu tinggi,
10. Umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
11. Berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi,
12. Tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan
13. Tiap tahun beranak.
3. Kesehatan
Gangguan dan penyakit dapat mengenai ternak sehingga untuk membatasi
kerugian ekonomi diperlukan control untuk menjaga kesehatan sapi menjadi
sangat penting. Manjememen kesehatan yang baik sangat mempengaruhi
kesehatan sapi perah. Gangguan kesehatan pada sapi perah terutama berupa
gangguan klinis dan reproduksi. Gangguan reproduksi dapat berupa
hipofungsi, retensi plasenta,kawin berulang, endometritis dan mastitis
baik kilnis dan subklinis. Sedangkan gangguan klinis yang sering terjadi
adalah gangguan metabolisme (ketosis, bloot, milk fever dan
hipocalcemia), panaritium, enteritis, displasia abomasum dan pneumonia.
Adanya gangguan penyakit pada sapi perah yang disertai dengan penurunan
produksi dapat menyebabkan sapi dikeluarkan dari kandang atau culling.
Culling pada suatu peternakan tidak boleh lebih dari 25, 3%. Salah satu
parameter yang dapat digunakan untuk pemeliharaan sapi dengan melihat
body condition scoring, nilai BCS yang ideal adalah 3,5 (skala 1-5).
Jika BCS lebih dari 4 dapat menyebabkan gangguan setelah melahirkan
seperti mastitis, retensi plasenta, distokia, ketosis dan panaritium.
Sedangkan kondisi tubuh yang kurus menyebabkan produksi susumenurun
dengan kadar lemak yang rendah. Selain itu faktor-faktor yang perlu
diperhatikan didalam kesehatan sapi perah adalah lingkungan yang baik,
pemerahan yang rutin dan peralatan pemerahan yang baik
4.Manajemen pemberian makan
Pakan sapi terdiri dari hijauan sebanyak 60% (Hijauan yang berupa jerami
padi, pucuk daun tebu, lamtoro, rumput gajah, rumput benggala atau
rumput raja, daun jagung, daun ubi dan daun kacang-kacangan) dan
konsentrat (40%). Umumnya pakan diberikan dua kali perhari pada pagi dan
sore hari. Konsentrat diberikan sebelum pemerahan sedangkan rumput
diberikan setelah pemerahan. . Hijauan diberikan siang hari setelah
pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari.
Pemberian pakan pada sapi perah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
system penggembalaan, system perkandangan atau intensif dan system
kombinasi keduanya. Pemberian jumlah pakan berdasarkan periode sapi
seperti anak sapi sampai sapi dara, periode bunting, periode kering
kandang dan laktasi. Pada anak sapi pemberian konsentrat lebih tinggi
daripada rumput. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan
sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari
BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan
sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa
rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu,
gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa
garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan
pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2
kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10%
dari berat badan perhari.Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang
cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan
ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara intensif dikombinasikan
dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi
digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan
menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan
bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.
5. Administrasi serta perhitungan ekonomi
Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih konvensional dan belum
mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya tingkat
produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya modal,
serta pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek reproduksi,
pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, penerapan sistem
recording, pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit. Sistem recording
meliputi tanggal kelahiran, pencatatan asal usul sapi (pedigree),
pencatatan reproduksi sapi seperti sapi kapan terakhir dikawinkan,
terakhir melahirkan dan sapi yang terlambat kawin Selain itu pengetahuan
petani mengenai aspek tata niaga harus ditingkatkan sehingga keuntungan
yang diperoleh sebanding dengan pemeliharaannya.
BETERNAK KAMBING PERAH
Air susu kambing merupakan hasil utama dari ternak perah yang bergizi
tinggi. Air susu kambing proteinya tidak kalah dari susu sapi, protein
susu kambing adalah 3,7 % sedangkan protein air susu sapi adalah 3,3 %.
Dilihat dari kandungan proteinnya yang lebih tinggi dari pada susu sapi,
maka kemungkinan produksi susu kambing dapat dikembangkan dan
dimasyarakatkan, terutama untuk memenuhi kebutuhan susu di masyarakat
yang semakin meningkat, di samping juga untuk meningkatkan pendapatan
para peternak.
Keuntungan Memelihara Kambing Perah
Keuntungan-keuntungan dari beternak kambing perah, antara lain yaitu :
1. Cepat berkembang biak, dalam waktu 2 tahun dapat beranak 3 kali dengan jumlah anak lebih dari
seekor dalam satu kali kelahiran.
2. Tidak membutuhkan tempat yang luas.
3. Pemeliharaannya mudah dan jarang terkena penyakit.
4. Modal yang dibutuhkan tidak terlalu banyak.
5. Merupakan tabungan yang sewaktu-waktu bila diperlukan mudah dijual.
Cara Memilih Bibit
Untuk pemilihan bibit kambing perah yang baik hal-hal yang harus diperhatikan antara lain yaitu :
1. Kambing harus sehat, lincah/aktif dan tidak cacat.
2. Mata bersinar terang/tidak sayu.
3. Kambing yang putingnya cukup besar, lunak bila diraba, bentuk putting dan letaknya simetris.
4. Berat badan harus normal, misalnya kambing perah peranakan etawa
betina berumur satu tahun beratnya lebih kurang 20 Kg, yang jantan lebih
kurang 30 Kg.
Perkandangan
Syarat-syarat kandang yang baik adalah :
1. Cukup kuat dan tahan lama.
2. Usahakan menghadap sinar matahari.
3. Ter[pisah dari rumah tempat tinggal.
4. Tidak lembab dan mudah dibersihkan.
5. Pertukaran udara dalam kandang baik sehingga udara dalam kandang selalu segar.
6. Usahakan kandang pejantan disendirikan.
7. Kandang sebaiknya dibuat sistem panggung, lantainya dibuat dari kayu atau bambu ½ meter diatas tanah.
Makanan
Makanan utama kambing adalah hijauan berupa rumput-rumputan dan daun-
daunan, sedangkan makanan tambahanya berupa konsentrat atau makanan
penguat.
Makanan hijauan terdiri dari :
1. Rumput unggul, antara lain rumput gajah, benggala, bede dll.
2. Rumput Lapangan.
3. Kacang-kacangan.
4. Hijauan lainya, misalnya daun lamtoro, nangka, turi, dll.
5. Limbah dapur.
Makanan penguat terdiri dari bekatul, ampas atahu, jagung, ketela dan
singkong. Sedangkan sebagai bahan penyedap dapat tambahkan garam dapur
dan tepung tulang. Untuk air minum harus disediakan cukup, diletakkan di
tempat makanan.
Banyak makanan yang diberikan untuk kambing dewasa adalah :
1. Hijauan 5-7 kg/ekor/hari.
2. Konsentrat kurang lebih 0,5 kg/ekor/hari.
Pengembangbiakan kambing betina :
1. Kambing betina yang sehat pada umumnya yaitu
(a) dewasa kelamin pada umur 8-13 bulan, namun sebaiknya dikawinkan pertama kali setelah berumur 15-18 bulan;
(b) lama kebuntingan 145-155 hari ;
(c) masa birahi terlihat setiap 18-21 hari sekali dengan lama birahi antara 24-48 jam.
2. Tanda birahi, yaitu
(a) gelisah, mengembik-ngembik berusaha mendekati kambing jantan atau menaiki punggung kambing betina;
(b) ekor dikibas- kibaskan;
(c) sering kencing;
(d) kemaluanya terlihat merah bengkak dan keluar lendirnya yang jernih.
3. Saat mengawinkan kambing perah, yaitu
(a) bila terlihat tanda-tanda birahi pagi hari, sebaiknya segera
dikawinkan pada sore harinya; dan (b) bila terlihat tanda-tanda birahi
pada sore hari, sebaiknya segera dikawinkan pada esok harinya sebelum
jam 12 siang.
4. Kambing yang baru beranak dapat dikawinkan lagi 3-5 bulan setelah beranak.
Pemeliharaan Anak Kambing Sebelum Kelahiran
Pemeliharaan anak kambing dilakukan semenjak masih dalam kandungan, sehingga pemeliharaanya dimulai dari induk bunting, yaitu
(1) induk bunting perlu banyak bergerak, berjalan-jaln dan memperoleh sinar matahari cukup;
(2) induk bunting 3 bulan harus dipisahkan dalam kandang sendiri atau dikelompokkan dengan induk bunting yang lain tanpa jantan.
Tanda-tanda kelahiran, yaitu (1) induk gelisah, menggaruk-garuk sesuatu,
atau berpindah-pindah tempat; (2) seolah-olah berperilaku seperti
membuat sarang; (3) kambing membesar, jika diperah keluar susu yang
berwarna kuning; (4) alat kelaminya mengendor dan keluar lendir yang
agak banyak; dan (5) bila tanda- tanda tersebut telah nampak, tempatkan
induk dalam kandang yang agak luas dan tersendiri, diberi alas jerami
atau rumput kering yang bersih.
Pemeliharaan Anak Kambing (Cempe) Setelah Lahir
Hal-hal yang harus dilakukan yaitu, antara lain (1) bersihkan semua
ledir dari mulut,hidung dan seluruh tubuh; (2) potong tali pusar kurang
lebih 2 cm dari lubang pusar dan olesi bekas luka dengan yodium; (3)
alasi kandang anak kambing dengan jerami kering atau rumput kering; (4)
beberapa menit lagi akan berdiri dan mulai menyusu induknya mendapatkan
kolustrum (susu yang pertama keluar), bersihkan putting induknya
terlebih dahulu; (5) anak kambing dibiarkan menyusu secara penuh selama 6
hari, kemudian pada hari ke 7 malam harinya dipisahkan dari induknya,
agar pagi harinya induknya dapat diperah sehingga menghasilkan susu yang
banyak, siang harinya dibiarkan berkumpul dengan induknya lagi; (6)
pada umur 4-5 minggu anak kambing mulai belajarmakan daun-daunan muda,
setelah umur 1-2 bulan mulai belajar makan rumput; dan (7) anak kambing
umur kurang lebih 4 bulan disapih dari induknya.
Pemeliharaan Masa Pertumbuhan
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain yaitu (1) kambing betina
mulai dewasa pada umur 8-14 bulan, tetapi saat itu belum boleh
dikawinkan; (2) umur yang baik mulai mengawinkan adalah umur 15-18
bulan; (3) untuk menghindari perkawinan muda mulai umur 5 bulan kambing
betina harus dipisahkan dengan kambing jantan; (4) waktu hari panas
kambing-kambing dimandikan satu minggu sekali untuk menjaga gangguan
penyakit kulit dan biarkan berjemur setelah dimandikan; dan (5)
perawatan kuku perlu diperhatikan, oleh karenanya bila kuku sudah
panjang harus dilakukan pemotongan dengan memakai gergaji halus.
Pemerahan
Cara-cara pemerahan yang baik adalah (1) dilakukan pada waktu yang
tetap, misalnya 2 kali sehari, pagi dan sore; (2) bersihkan dulu tangan
pemerah dengan sabun; (3) cucilah putting dan kambing dengan air hangat,
dilap dengan kain halus; (4) hindari air susu tertinggal dalam putting,
oleh karena itu susu harus
habis diperah, untuk mengetahuinya adalah dengan jalan menyentuh atau
sedikit menggoyangkan kambing; (5) pada umumnya produksi susu kambing
peranakan Etawa per ekor 1-11/2 liter.
Dalam melakukan pemerahan hal-hal yang harus diketahui oleh peternak adalah
(1) masa produksi kambing berlangsung antara 7-8 bulan, mulai sejak kambing sudah melahirkan anak yang disebut masa laktasi;
(2) antara 2-3 bulan sebelum kambing melahirkan pemerahan harus
dihentikan, maksudnya untuk menjaga kesehatan induk kambing dan
persiapan kelahiran anaknya; dan
(3) untuk menghindari bau-bauan yang lain maka pemerahan dilakukan di tempat khusus yaitu ruang untuk memerah.
Penyakit dan Cara Pencegahannya
1. Kudis/Kurap/Scabies
Penyebabnya antara lain yaitu (a) kotoran dan parasit; (b) kambing tidak pernah dimandikan.
Tanda-tandanya adalah
(a) adanya bercak-bercak merah pada kulit dan bisul-bisul karena gigitan;
(b) ternak gelisah karena gatal;
(c) kambing menjadi kurus, karen tidak makan dan harus menggaruk-garuk, menggosok- gosok dan menggigit-gigit badanya;
(d) kulit bertambah tebal merah dan bulu- bulu rontok.
Pencegahanya yaitu dengan jalan, (a) kebersihan harus dijaga dan
diperhatikan; (b) kambing rutin dimandikan dan disikat; (c) kambing yang
sakit harus diasingkan, dipisahkan dari kambing lainya yang sehat.
Pengobatan dapat dilakukan dengan cara (a) rambut kambing dicukur dan
dimandikan, kerak-kerak kulit dibersihkan dengan air hangat dan sabun;
(b) setelah ituy diobati dengan (1) serbuk belerang dicampur kunyit
dengan minyak kelapa dan dipanasi, kemudian digosokkan pada kulit yang
sakit; (2) campurkan kreolin 1 bagian dengan spritus 10 bagian kemudian
oleskan pada kulit yang luka; dan (3) kambing dimadikan dengan campuran
10 liter air dan asumtol 10 gram.
2. Missitis (Radang Kelenjar Susu)
Penyebabnya adalah baktri steptococcus. Tanda-tandanya antara lain (a)
timbul peradangan pada sluran susu, sehingga air susu yang tidak normal;
(b) Kambing membengkak, bila diraba terasa panas; (c) air susu yang
keluar encer, kadag-kadang bercampur darh dan akhirnya susu tidak keluar
sama sekali; dan (d) nafsu makan berkurang dan suhu tubuh naik.
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara antara lain, yaitu (a) kandang
dan alat-alat perlengkapan kandang serta lantai kandang selau bersih;
(b) pemerahanya harus benar; (c) kambing dan putting terlebih dahulu
dibersihkan sebelum diperah; (d) kambing dan putting dihindarkan terjadi
luka yang dapa menyebabkan infeksi kuman. Pengobatan dapat dilakukan
dengan antibiotik, misalnya Penicillin, tetracycline, sulfamethasine,
dll.